Berlibur di Pulau Pandang dan Pulau Salah Namo

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba temannya mama yang tahun lalu sempat menawari kami berlibur bersama ke Pulau Salah Namo, Ibu itu datang menagih janji. Secara tiba-tiba, hari itu juga kami harus berangkat, aku ditawarin untuk nantinya memasarkan secara online Cottage yang baru dia bangun di Pulau Pandang, sekitar 30 menit perjalanan naik kapal dari Pulau Salah Namo. Berhubung sudah lama tidak liburan, aku langsung mengiyakan tanpa berpikir panjang, toh... sambil bekerja juga nantinya di sana. Karena pekerjaan ternikmat kan liburan yang gratis (...dan dibayar). Hehehe. Aku boleh mengajak teman, kata Ibu itu. Orang pertama yang terlintas tentulah Keda, aku menelponnya dan langsung menyuruhnya bersiap-siap untuk pergi ke Pulau sekarang juga. Dia yang baru saja bangun tentu tidak percaya, sampai-sampai harus memastikan berkali-kali hingga akhirnya dia percaya. Mama yang tadinya ragu untuk ikut karena harus meninggalkan papa juga memutuskan ikut pergi dengan kami, dan Emi juga turut

Selamat Melenium.

Masa kecil itu absurd.

Di saat itu kita pasti ngerasa sesuatu yang kita lakukan pasti udah keren banget. Eh, giliran udah gede (dan melupakannya), pas mengingat-ingat lagi masa itu rasanya bikin nangis jungkir balik karena menertawakan keanehan diri sendiri. Hahahaha, aduh mau nyeritainnya aja nulisnya udah sambil ketawa-ketawa.

Jadi ceritanya begini, karena sekeluarga nocturnal dan hidup di malam hari. Sekitar jam 1 malam aku membongkar kotak-kotak di gudang lalu mama dan adik-adikku menyusul. Salah satu kotaknya adalah isi dari lemari si mama. 

Pas lagi bongkar-bongkar, mama nemuin kartu ucapan "Selamat Hari Ibu" dari adek-adekku, Ican dan Fatur. Kartunya dari kertas yang ada bingkai dari ms. word kemudian diprint sukse bikin aku ketawa-ketawa heboh di rumah.



Awalnya juga tersentuh tapi setelah membaca isi kartu ucapan punya Ican, aku mati-mati menertawakan puisi yang ditulisnya... dan saat itu mikir "wahahahahaha kok begini amat ya punya adek."


Mama juga ikut-ikut tertawa seadanya dan berkomentar
"Tunggu sampe kau tengok punya kau sendiri hahahaha"
Sebenernya udah deg-degan, gak punya clue sama sekali pernah nulis apa buat mama. Sampai akhirnya, entah-apa-ini sampai di tanganku:


Apalagi waktu tau kalo di belakang ucapan selamat melenium itu ada cerita Sangkuriang-nya seketika aku merasa miris dengan masa kecilku.


Sekarang aku mengerti setelah aku dewasa, mengapa aku aneh begini, ya dari masa kecilnya aja udah keliatan absurd ya, gak jelas hidupnya.


Komentar