Berlibur di Pulau Pandang dan Pulau Salah Namo

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba temannya mama yang tahun lalu sempat menawari kami berlibur bersama ke Pulau Salah Namo, Ibu itu datang menagih janji. Secara tiba-tiba, hari itu juga kami harus berangkat, aku ditawarin untuk nantinya memasarkan secara online Cottage yang baru dia bangun di Pulau Pandang, sekitar 30 menit perjalanan naik kapal dari Pulau Salah Namo. Berhubung sudah lama tidak liburan, aku langsung mengiyakan tanpa berpikir panjang, toh... sambil bekerja juga nantinya di sana. Karena pekerjaan ternikmat kan liburan yang gratis (...dan dibayar). Hehehe. Aku boleh mengajak teman, kata Ibu itu. Orang pertama yang terlintas tentulah Keda, aku menelponnya dan langsung menyuruhnya bersiap-siap untuk pergi ke Pulau sekarang juga. Dia yang baru saja bangun tentu tidak percaya, sampai-sampai harus memastikan berkali-kali hingga akhirnya dia percaya. Mama yang tadinya ragu untuk ikut karena harus meninggalkan papa juga memutuskan ikut pergi dengan kami, dan Emi juga turut

Pengalaman Hampir Ketinggalan Pesawat di Kuala Namu


Ini perjalanan paling gila yang pernah aku lakukan.

Awal tahun 2014 kemarin adalah peristiwa tidak terlupakan sepanjang sejarah hidupku, berkat tiket promo dari AA aku bisa berangkat ke luar negeri, Medan (KNO) - Kuala Lumpur (LCCT) dengan Rp. 280.700 (all in termasuk tax, boarding LCCT - KNO dan bus yang mengantar dari LCCT ke KL Sentral)

Tadinya itinerary disusun hanya seputar dan sekelilingan KL saja atau paling bermain ke Genting Highlands namun entah karena kondisi apa aku menyanggupi tantangan temanku untuk berjalan ke dua negara dalam tiga hari dua malam. Mengapa tidak?

Konsekuensinya adalah capek dan letih di perjalanan saja memang, terlebih kami harus menggendong sendiri barang bawaan kami nantinya. Tak pernah ada kata menyerah, selagi masih muda pikirku. Aku dan teman-teman tetap nekat jalan ke Singapore.

Perjalanan 3Hari2Malam itu dimulai pada tanggal 24 Januari - 27 Januari 2014.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, pasukan pejalan-pejalan nekat yang seharusnya terdiri dari lima orang (Aku, Putri, Keke, Devi dan Yudis) hanya menyisakan tiga orang untuk bertempur di medan perang (Aku, Putri dan Keke). Kami berangkat ke Medan terlebih dahulu dari Kisaran untuk menukar mata uang asing dan menitipkan mobil milik Putri di tempat Devi.

Saat berangkat Ivo juga ikut bersama kami menumpang ke Medan sekitar pukul 11 siang dari Kisaran, satu jam lebih lambat karena menunggu keke yang ke salon dulu sebelum berangkat dan kami tiba di Medan sekitar pukul 3 sore.

Karena belum menukar rupiah ke ringgit dan dollar Singapore kami terpaksa memutari Medan untuk mencari Money Changer. Dari kami berempat tidak ada yang hafal jalan, maka terjadi sedikit pertempuran mendebatkan jalan mana yang kami lewati. Kalo aku sih diam aja.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima, uang sudah di tangan, Ivo sudah turun bertemu dengannya temannya, sekarang kami harus menemui Devi untuk menitipkan mobil sekaligus mengantar kami ke bandara.
Bersama dengan pacarnya dan teman pacarnya, devi yang mengantar kami ikutan panik karena takut tak sampai bandara pukul 5 sedangkan medan ke kuala namu butuh waktu 45-60 menit.

Sebenarnya waktu keberangkatan kami adalah 17.55 namun karena mengantisipasi keterlambatan dan drama semacam ini aku memberitahukan mereka bahwa paling lambat untuk check-in adalah pukul lima, saat semua orang panik aku hanya senyum-senyum saja.

Kami tiba di bandara pukul 17.20, memang sudah hampir terlambat tapi ternyata kami masih diizinkan masuk. Setelah bayar boarding 40.000 dan melalui imigrasi (meski sempat tersangkut karena minyak rambut milik putri yang melebihi batas ml cairan) kami pun menunggu dengan tenang di ruang tunggu.

Tak berapa lama terdengar nomor pesawat kami diumumkan, kami pun bergegas masuk ke pesawat.

Komentar