Berlibur di Pulau Pandang dan Pulau Salah Namo

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba temannya mama yang tahun lalu sempat menawari kami berlibur bersama ke Pulau Salah Namo, Ibu itu datang menagih janji. Secara tiba-tiba, hari itu juga kami harus berangkat, aku ditawarin untuk nantinya memasarkan secara online Cottage yang baru dia bangun di Pulau Pandang, sekitar 30 menit perjalanan naik kapal dari Pulau Salah Namo. Berhubung sudah lama tidak liburan, aku langsung mengiyakan tanpa berpikir panjang, toh... sambil bekerja juga nantinya di sana. Karena pekerjaan ternikmat kan liburan yang gratis (...dan dibayar). Hehehe. Aku boleh mengajak teman, kata Ibu itu. Orang pertama yang terlintas tentulah Keda, aku menelponnya dan langsung menyuruhnya bersiap-siap untuk pergi ke Pulau sekarang juga. Dia yang baru saja bangun tentu tidak percaya, sampai-sampai harus memastikan berkali-kali hingga akhirnya dia percaya. Mama yang tadinya ragu untuk ikut karena harus meninggalkan papa juga memutuskan ikut pergi dengan kami, dan Emi juga turut

Rekomendasi Buku Bacaan di Perjalanan


Berdasarkan pengalaman pribadi dan referensi selera diri sendiri, saya memberikan 3 buku yang asik dibaca saat melakukan perjalanan.
 
Perjalanannya naik apa dan ke mana? Entahlah, mungkin sedang menumpang kereta, bepergian dengan mobil pribadi (sebagai penumpang) atau sekadar membuang  waktu untuk menunggu pesawat yang hendak bertolak ke suatu tempat yang biasanya tak menghabiskan terlalu banyak waktu.

Karena apa? Ya, jika perjalanannya menghabiskan waktu lebih dari 2 jam, saya yakin dan amat sangat yakin akan memakan sebagian besar waktu untuk… tidur.  

Untuk tidur yang tak ada cukupnya itu.

Sebisa mungkin saya mencari buku yang tipis dan cepat selesai. Upaya ini ditujukan agar saat saya dapat  membaca seluruh bagian cerita tanpa harus penasaran dan terbayang kelanjutan cerita yang membuat rasa penasaran saya memuncak seperti ingin membunuh diri sendiri (tapi bohong).

Jadi buku-buku apa sajakah itu?

Malaikat juga tahu, KumCer lah juaranya 

1. Madre
Siapa tak mengenal Dewi ‘Dee’ Lestari, kumcer terbarunya Madre, beragam kisah unik yang terbungkus dalam kata-kata khas seorang Dee. Banyak hal yang dapat kita pelajari dari buku ini (kumcer ini). Perjalanan, hidup, kebebasan dan hakikat kita sebagai manusia. Sebuah kisah ringan tapi seluruhnya dapat menyentuh sanubari hingga ke relung hati. Hihi
  
2. Perempuan dan 14 Laki-laki
Untuk pecinta fiksi dengan imajinasi liar dan gila. Buku ini menunjukkan bagaimana apiknya Djenar Maesa Ayu sebagai 1 perempuan yang berhasil ‘mengeroyok’ 14 sahabat-sahabat laki-lakinya. Masing-masing cerita memiliki identitas yang berbeda-beda.

3. Robohnya Surau Kami
Klasik ya? Haha.Coba ingat lagi ini cerita yang paling wajib di buku sekolah dasar milikmu. Tak ada salahnya mengulang waktu, dan memahami bahasa yang tersirat maupun tersurat di dalamnya. Sebuah pengalaman yang tak kalah menarik saat fantasi kita terbang ke masa lampau.

Selamat membaca, kawan!

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. *aduh komentar yg tadi kok pake login blogspot ya? :))
    ulang komentar:
    Robohnya Surau Kami itu keren banget. apalagi pakai gaya bahasa Melayu yg antik.
    besok2, cobalah baca kumpulan cerpen Kompas (any year), keren2 juga tuh.

    BalasHapus

Posting Komentar