Berlibur di Pulau Pandang dan Pulau Salah Namo

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba temannya mama yang tahun lalu sempat menawari kami berlibur bersama ke Pulau Salah Namo, Ibu itu datang menagih janji. Secara tiba-tiba, hari itu juga kami harus berangkat, aku ditawarin untuk nantinya memasarkan secara online Cottage yang baru dia bangun di Pulau Pandang, sekitar 30 menit perjalanan naik kapal dari Pulau Salah Namo. Berhubung sudah lama tidak liburan, aku langsung mengiyakan tanpa berpikir panjang, toh... sambil bekerja juga nantinya di sana. Karena pekerjaan ternikmat kan liburan yang gratis (...dan dibayar). Hehehe. Aku boleh mengajak teman, kata Ibu itu. Orang pertama yang terlintas tentulah Keda, aku menelponnya dan langsung menyuruhnya bersiap-siap untuk pergi ke Pulau sekarang juga. Dia yang baru saja bangun tentu tidak percaya, sampai-sampai harus memastikan berkali-kali hingga akhirnya dia percaya. Mama yang tadinya ragu untuk ikut karena harus meninggalkan papa juga memutuskan ikut pergi dengan kami, dan Emi juga turut

Life is Beautiful

How Wonderful My Life is


Sudah pernah nonton Life is Beautiful? Atas dasar rekomendasi dosen, saya mencari film ini. Dan ternyata setelah menonton? Gila! Film ini bener-bener luar biasa. Mengajarkan tentang cinta, pengorbanan dan hidup itu gak semuanya harus dibawa serius. Meski film ini memasukkan unsur komedi, tapi tak mengurangi sedikit pun esensi dari romantisme dan drama di dalamnya.

Bagaimana tidak tersentuh jika film ini bercerita tentang seorang Yahudi yang memperjuangkan cintanya kepada seorang perempuan kaya hanya karena dia selalu dapat membuat bahagia dan tersenyum. Meski ditentang oleh orangtua si perempuan bahkan masyarakat dan pemerintah pun ikut mengasingkan kehidupan mereka

Suatu masa ketika -sebagai Yahudi- mereka ditangkap oleh pihak militer Jerman untuk dijadikan kerja paksa dan ditahan di suatu tempat. Anaknya, yang kala itu masa kecil, tidak tahu apapun tentang perang, menangis dan merasa ketakutan dengan kondisi mereka saat itu.

Yang dilakukan ayahnya saat itu hanyalah menggambarkan kondisi perang tersebut dengan permainan.

Komentar