Berlibur di Pulau Pandang dan Pulau Salah Namo

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba temannya mama yang tahun lalu sempat menawari kami berlibur bersama ke Pulau Salah Namo, Ibu itu datang menagih janji. Secara tiba-tiba, hari itu juga kami harus berangkat, aku ditawarin untuk nantinya memasarkan secara online Cottage yang baru dia bangun di Pulau Pandang, sekitar 30 menit perjalanan naik kapal dari Pulau Salah Namo. Berhubung sudah lama tidak liburan, aku langsung mengiyakan tanpa berpikir panjang, toh... sambil bekerja juga nantinya di sana. Karena pekerjaan ternikmat kan liburan yang gratis (...dan dibayar). Hehehe. Aku boleh mengajak teman, kata Ibu itu. Orang pertama yang terlintas tentulah Keda, aku menelponnya dan langsung menyuruhnya bersiap-siap untuk pergi ke Pulau sekarang juga. Dia yang baru saja bangun tentu tidak percaya, sampai-sampai harus memastikan berkali-kali hingga akhirnya dia percaya. Mama yang tadinya ragu untuk ikut karena harus meninggalkan papa juga memutuskan ikut pergi dengan kami, dan Emi juga turut

Untuk Bumi yang Lebih Baik



Siapa yang tidak prihatin dengan kondisi bumi saat ini? sampah yang bertebaran di mana-mana, polusi udara yang berdampak pada kesehatan serta gangguan habitat flora dan fauna yang tentu dapat merusak ekosistem lingkungan.

Terutama di Indonesia, hal ini telah menjadi masalah sosial yang pelik. Kita hidup dalam keadaan di mana masyarakat mempunyai kebiasaan “serba buang”. Dan telah menjadi suatu kemakluman jika masyarakat secara homogen menjalankan gaya hidup praktis, “ beli, sekali pakai dan buang.”


Dengan keadaan seperti ini tak heran jika kita turut andil dalam perusakan lingkungan. Penggunaan dan konsumerisme kita terhadap penggunaan barang sekali pakai menyumbang sampah sekitar 0,8 kg/hari setiap orangnya. Sehingga Jakarta mempunyai sampah yang diakumulasikan mencapai 6000 ton/hari. Dengan demikian, Indonesia memiliki sampah hampir 176.000 ton/hari. Lantas bagaimana dengan sampah di Indonesia selama seminggu? Setahun?


Kurangnya perhatian dari setiap individu berpengaruh besar terhadap penimbunan sampah tersebut. Dengan kepadatan penduduknya, sampah yang dihasilkan Jakarta hinga 2,2 juta dalam kurun waktu setahun. Dan hal tersebut di analogikan dapat membangun sebuah candi Borobudur yang berisi sampah. Mengerikan.

Kenali Sampahnya


Penggunaan plastik untuk berbagai keperluan sudah menjadi hal yang sangat lazim dan erat kaitannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari pembungkus makanan, wadah air minum sekali pakai, dan beberapa kepentingan lainnya seperti bahan baku kemasan, tekstil, bagian-bagian mobil dan juga alat-alat elektronik.

Semenjak maraknya supermarket di kota-kota besar, lebih dari 17 milyar kantong plastik dibagikan secara gratis oleh supermarket di seluruh dunia, setiap tahunnya. Sedangkan plastik termasuk salah satu jenis sampah yang berbahaya dikarenakan membutuhkan waktu 1000 tahun untuk menguraikan secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah.

Sampah plastik yang proses pembakarannya tidak sempurna dan tidak menggunakan teknologi tinggi akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan, plastik akan mengurai di udara sebagai senyawa yang disebut dioksin. Senyawa ini dapat terbentuk pada pembakaran dengan temperatur yang rendah.

Dioksin dapat menimbulkan kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf, memacu depresi dan juga dapat bertindak sebagai pengacau hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi. Selain mengakibatkan penyakit tersebut, dioksin mempengaruhi kemampuan belajar oleh anak yang sangat peka terhadap pencemaran udara.

Saya sedang menjalani “Gaya Hidup Hijau”. dimulai dengan hal terkecil seperti membawa tempat minum dan makan di kantor.



Sekarang giliran Anda :)

Komentar

Posting Komentar